Makna Bendera Tiongkok

Bendera Tiongkok yang kita kenal saat ini sering disebut sebagai Bendera Merah Bintang Lima (五星红旗). Bendera ini berwarna merah dengan lima bintang kuning di sudut kiri atas, yang ternyata menyimpan makna mendalam tentang sejarah dan ideologi bangsa Tiongkok.
Warna merah pada bendera ini bukan sekadar hiasan. Ini melambangkan darah para martir yang berjuang demi mendirikan Republik Rakyat Tiongkok (中华人民共和国). Warna ini mewakili semangat revolusi dan pengorbanan, simbol kuat dari perjuangan rakyat Tiongkok untuk kebebasan dan kemerdekaan mereka.
Lalu, bagaimana dengan lima bintang tersebut? Bintang terbesar melambangkan Partai Komunis Tiongkok (中国共产党), kekuatan utama di balik pendirian negara ini. Sementara itu, empat bintang kecil di sekelilingnya melambangkan empat kelas sosial utama yang pertama kali dikenalkan oleh filsuf Jerman, Karl Marx (卡尔·马克思), melalui karyanya yang terkenal Das Kapital (《资本论》). Marx, yang merupakan figur penting dalam ideologi komunis, menjadi inspirasi bagi dasar pemerintahan Tiongkok modern.
Bintang besar di bendera ini merepresentasikan kekuasaan dan kepemimpinan Partai Komunis, sedangkan empat bintang kecil masing-masing mewakili petani (农民), pekerja (工人), borjuis nasional (民族资产阶级), dan borjuis kecil perkotaan (城市小资产阶级). Istilah "borjuis" (bourgeoisie dalam bahasa Prancis) pertama kali digunakan oleh Karl Marx dalam bukunya Das Kapital (《资本论》) untuk merujuk pada kelas sosial yang memiliki properti atau kekayaan, sebagai lawan dari kelas proletariat (prolétariat) yang tidak memiliki properti.
Sebelum Republik Rakyat Tiongkok berdiri, Tiongkok dilanda perang saudara antara dua kekuatan besar: Partai Komunis yang dipimpin oleh Mao Zedong (毛泽东) dan Partai Nasionalis (国民党) yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek (蒋介石). Kedua partai ini mewakili kepentingan kelas sosial yang berbeda; Komunis untuk kaum proletariat, dan Nasionalis untuk kelas borjuis. Namun, setelah Partai Komunis berhasil mendirikan negara, mereka menyatakan diri sebagai wakil bagi semua rakyat, termasuk kelas borjuis yang sebelumnya mereka lawan.
Menariknya, bendera ini juga mencerminkan struktur sosial yang lebih luas. Borjuis nasional, misalnya, adalah pengusaha, pemilik pabrik, atau pejabat pemerintah. Sementara itu, borjuis kecil perkotaan adalah pemilik usaha kecil, pengrajin, atau pekerja lepas.
Tak hanya itu, jika kita mengintip konstitusi Tiongkok (宪法), di bagian awalnya tertulis bahwa negara ini adalah sebuah "kediktatoran demokrasi rakyat" (人民民主专政). Mungkin bagi banyak orang, istilah ini terdengar kontradiktif, bagaimana mungkin demokrasi dan kediktatoran bisa berjalan bersamaan? Untuk memahami konsep ini, kita bisa membandingkannya dengan Demokrasi Terpimpin yang diperkenalkan oleh Presiden Ir. Soekarno di Indonesia pada era 1950-an hingga 1960-an. Dalam Demokrasi Terpimpin, Soekarno menggabungkan unsur demokrasi yang memberi suara kepada rakyat, dengan kepemimpinan yang kuat dan terkonsentrasi pada seorang pemimpin untuk mengarahkan negara. Serupa dengan itu, dalam konsep Tiongkok, demokrasi berarti rakyat memiliki kekuasaan untuk mengatur diri mereka sendiri, sementara kediktatoran merujuk pada kekuasaan yang digunakan untuk menentang mereka yang dianggap musuh negara atau yang melawan kepentingan rakyat—disebut sebagai reaksionis (反动派). Jadi, meskipun rakyat menikmati demokrasi, negara juga memiliki kekuatan untuk mempertahankan stabilitas dengan menindak kelompok yang dianggap merongrong persatuan.
Dengan begitu, memahami bendera Tiongkok bukanlah sekadar melihat warna dan bentuk. Ini adalah sebuah simbol yang mengandung sejarah panjang dan perjalanan ideologi bangsa. Bendera ini mencerminkan semangat, pengorbanan, dan persatuan rakyat Tiongkok dalam membangun negara yang kita kenal hari ini.
Sumber Gambar: Link