Serba-Serbi Festival Mid-Autumn (中秋节 Zhongqiu Jie) / Pertengahan Musim Gugur
![](https://statik.unesa.ac.id/mandarin/thumbnail/b8cbecdc-7ff2-4fe6-85c5-13a62ce864e4.png)
Setiap tahun, masyarakat Tiongkok merayakan salah satu festival terbesar mereka, yaitu Mid-Autumn Festival atau 中秋节 (Zhōngqiū Jié). Festival ini memiliki akar yang dalam dalam tradisi agrikultur kuno, di mana masyarakat mengucapkan rasa syukur atas hasil panen sebelum bersiap menghadapi musim dingin. Perayaan ini telah berlangsung ribuan tahun dan awalnya dikenal sebagai 祭月节 (Jìyuè Jié) atau "Festival Persembahan Bulan" serta 拜月娘节 (Bàiyuè Niáng Jié) atau "Hari Raya Persembahan kepada Dewi Bulan."
Budaya festival di Tiongkok hampir selalu terkait erat dengan makanan. Hal ini terlihat dalam salah satu makanan ikonik yang tak terpisahkan dari perayaan Mid-Autumn, yaitu kue bulan atau 月饼 (Yuèbǐng). Selain dimaknai sebagai simbol rasa syukur, kue bulan juga menjadi lambang persatuan keluarga.
Kisah Legenda di Balik Festival
Setiap perayaan Mid-Autumn tak hanya diramaikan dengan kelezatan kue bulan, tetapi juga dipenuhi dengan kisah-kisah legendaris yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu cerita paling terkenal adalah tentang 嫦娥 (Cháng'é), dewi bulan. Menurut legenda, Chang'e meminum obat keabadian yang dimiliki suaminya, 后羿 (Hòuyì), seorang pemanah legendaris. Namun, obat tersebut membuatnya melayang ke bulan dan terpaksa tinggal di sana, mengikuti perintah Kaisar Langit untuk menjaga "Istana Dingin" di bulan.
Ada juga kisah menarik tentang 玉兔捣药 (Yùtù Dǎoyào) atau Kelinci Giok. Kelinci ini mengorbankan dirinya dengan melompat ke dalam api untuk menyelamatkan seorang musafir yang kelaparan. Sebagai balasan atas pengorbanannya, ia direinkarnasi menjadi Kelinci Giok yang tugasnya menumbuk ramuan panjang umur di bulan. Kelinci Giok ini sering dianggap sebagai teman dekat Chang'e di istana bulan.
Cerita lainnya adalah tentang 武钢伐桂 (Wǔ Gāng fá Guì), seorang pria yang dihukum karena membunuh cucu dewa matahari. Hukumannya adalah menebang pohon 桂 (Guì), sejenis pohon kayu manis, yang tumbuh di bulan. Setiap kali Wu Gang berhasil menebang pohon tersebut, dahan-dahannya akan menyatu kembali, membuatnya terperangkap dalam siklus pekerjaan yang tak pernah selesai.
Beragam Kue Bulan: Simbol Asimilasi Budaya
Kue bulan menjadi elemen penting dalam perayaan Mid-Autumn. Terdapat beragam jenis kue bulan di Tiongkok, di antaranya 广式月饼 (Guǎngshì Yuèbǐng), 福建月饼 (Fújiàn Yuèbǐng), 潮州月饼 (Cháozhōu Yuèbǐng), 上海苏式月饼 (Shànghǎi Sūshì Yuèbǐng), hingga varian lebih modern seperti 冰淇淋月饼 (Bīngqílín Yuèbǐng) atau kue bulan es krim. Selain itu, ada juga kue bulan dengan isian sayuran, yang dikenal sebagai 蔬菜月饼 (Shūcài Yuèbǐng).
Yang menarik, di Indonesia ada varian kue bulan unik dari Ny. Lauw yang telah mendapatkan sertifikat halal. Bahkan, banyak orang Tiongkok yang tidak mengetahui keberadaan varian ini. Ini adalah contoh nyata asimilasi budaya, di mana tradisi lokal bertemu dengan kekayaan budaya global.
Isian kue bulan juga sangat bervariasi. Selain isian klasik seperti pasta biji teratai dan kacang merah, ada juga varian isian teh hijau, taburan tepung jagung, hingga telur asin. Variasi rasa ini mencerminkan kekayaan kuliner Tiongkok yang selalu berevolusi.
Simbolisme di Balik Kue Bulan
Kue bulan sering dinikmati di meja bundar, yang memiliki makna mendalam dalam budaya Tiongkok. Meja bundar melambangkan keharmonisan dan persaudaraan, sebuah simbol penting dari perayaan ini. Festival Mid-Autumn adalah waktu bagi keluarga untuk berkumpul, merayakan kebersamaan, dan mengenang kisah-kisah indah yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dengan setiap gigitan kue bulan dan setiap kisah yang diceritakan kembali, perayaan Mid-Autumn menjadi lebih dari sekadar tradisi. Ini adalah momen untuk merasakan keindahan sejarah, budaya, dan nilai-nilai keluarga yang abadi.