Merayakan Tradisi Tionghoa: Festival Chongyang (重阳节)
![](https://statik.unesa.ac.id/mandarin/thumbnail/2ea7982b-bc38-4335-8318-341873494696.png)
Setiap tahun, masyarakat Tiongkok merayakan sebuah festival tradisional yang penuh makna, yaitu Chongyang Festival (重阳节). Festival ini jatuh pada tanggal sembilan bulan sembilan menurut kalender lunar Tiongkok (农历九月初九). Dalam kebudayaan Tiongkok, angka sembilan dianggap sebagai angka yang melambangkan yang (阳) atau elemen positif, sehingga tanggal ini juga dikenal sebagai "Festival Ganda Sembilan" atau Chongjiu (重九).
Menurut kitab kuno Yijing (易经), angka sembilan merupakan angka yang yang kuat, dan ketika dua angka sembilan digabungkan (九九), dianggap membawa keberuntungan dan berkah panjang umur. Oleh karena itu, Chongyang Festival juga sering kali disebut sebagai hari yang penuh dengan harapan untuk kesehatan dan umur panjang, terutama bagi para lansia.
Asal Usul dan Tradisi Chongyang Festival
Festival ini memiliki akar budaya yang mendalam. Asalnya berkaitan dengan pemujian terhadap langit (天象崇拜) dan mulai populer pada masa Dinasti Han Barat (西汉). Salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman kuno adalah melakukan kegiatan pendakian gunung (登高). Pendakian ini dipercaya bisa mendekatkan diri kepada alam dan langit, serta menjauhkan diri dari hal-hal buruk. Inilah mengapa Chongyang Festival juga dikenal sebagai Festival Pendakian (登高节).
Selain mendaki gunung, masyarakat juga memiliki kebiasaan meminum anggur bunga krisan (菊花酒), yang diyakini dapat mengusir roh-roh jahat dan memperpanjang umur. Bunga krisan sendiri sering kali muncul dalam perayaan ini karena dianggap sebagai simbol ketabahan dan umur panjang. Oleh karena itu, pada Chongyang Festival, masyarakat biasanya berkumpul untuk menikmati pemandangan musim gugur (赏秋), meminum anggur, dan mengucapkan doa-doa bagi kesehatan orang-orang tercinta, khususnya para lansia.
Makna Sosial: Penghormatan Terhadap Lansia
Pada masa kini, Chongyang Festival juga dikenal sebagai hari untuk menghormati para lansia, yang dalam bahasa Mandarin disebut 敬老节. Hal ini karena angka sembilan, yang dianggap sebagai angka terbesar, melambangkan umur panjang dan kesempurnaan. Sejak tahun 2012, pemerintah Tiongkok menetapkan bahwa setiap tanggal sembilan bulan sembilan kalender lunar juga dirayakan sebagai Hari Lansia Nasional (老年节). Pada hari ini, keluarga dan masyarakat merayakan serta menunjukkan rasa hormat mereka terhadap orang tua dan kakek-nenek dengan berbagai kegiatan, termasuk memberikan hadiah atau mengunjungi orang tua yang tinggal di panti jompo.
Pelestarian Warisan Budaya
Dengan sejarah yang panjang dan kaya, Chongyang Festival telah menjadi bagian dari warisan budaya takbenda nasional Tiongkok (非物质文化遗产) sejak tahun 2006. Festival ini mencerminkan nilai-nilai tradisional Tiongkok yang menghormati alam, leluhur, dan orang tua, serta menjunjung tinggi pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam.
Selain itu, festival ini juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melestarikan tradisi seperti menanam pohon zizyphus (插茱萸) sebagai simbol perlindungan dari roh jahat. Meski tradisi ini kini jarang dilakukan, nilai-nilai yang terkandung dalam festival ini masih tetap hidup dan relevan, terutama dalam hal penghormatan kepada orang tua.
Chongyang Festival adalah perayaan yang menyatukan nilai-nilai tradisional dengan modernitas, di mana penghormatan kepada alam dan leluhur masih tetap dihargai, sembari menambahkan makna sosial yang lebih modern, seperti penghormatan kepada para lansia. Festival ini tidak hanya memperkaya budaya Tiongkok, tetapi juga mengajarkan pentingnya nilai-nilai kekeluargaan, hormat, dan rasa syukur atas kehidupan yang panjang dan penuh berkah.
Sumber: Link
Gambar: freepik.com