Ku Tak Pernah Tidak Ku Kepang Rambutku Lagi, Semenjak Kau Bilang, Rambutku Indah Bila Dicukur Depannya
![](https://statik.unesa.ac.id/mandarin/thumbnail/29e0f0c2-7e9e-4630-9348-8d7cf051da06.png)
Ku tak pernah ikat rambutku lagi, Semenjak kau bilang, Rambutku indah bila terurai panjang, adalah penggalan lirik lagu yang sedang viral saat ini ciptaan Bernadya yang berjudul Kata Mereka Ini Berlebihan. Lirik lagu ini sangat unik, karena memaparkan gaya bahasa yang simple tetapi mengena kepada setiap pendengar. Mendengar lirik pembuka dari lagu yang sedang booming ini yaitu perihal "rambut" akhirnya kita akan diarahkan pada pentingnya simbolisme rambut dalam berbagai budaya. Bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin, lirik ini mungkin memancing ingatan tentang sejarah gaya rambut di Tiongkok yang sarat akan makna budaya dan politik, terutama gaya rambut yang dikenakan oleh suku 满族 (Manchu).
Pada masa Dinasti Qing (清朝), kebijakan 剃髮易服 (tī fà yì fú) atau "mencukur rambut dan mengubah pakaian" diterapkan. Kebijakan ini memaksa seluruh pria, termasuk suku mayoritas sekarang yaitu 汉族 (Hànzú), untuk mengikuti gaya rambut Manchu. Gaya tersebut mencakup mencukur bagian depan kepala dan dua sisi pelipis, hanya menyisakan rambut di bagian belakang yang dikepang menjadi satu 辮子 (biànzi), yang berbentuk unik menyerupai huruf "Q". Istilah ini dikenal sebagai 呈現Q字形 (chéngxiàn Q zìxíng), di mana rambut yang dikepang ini menggambarkan huruf "Q" dari perspektif visual.
Gaya rambut ini bukan sekadar tampilan fisik, tetapi juga simbol kekuasaan dan dominasi suku Manchu atas mayoritas Han serta suku-suku lainnya di Tiongkok. Lebih dari itu, kebijakan tersebut meluas ke adopsi pakaian Manchu, atau 满服 (mǎnfú), yang memiliki ciri khas kerah tinggi dengan kancing simpul tradisional yang disebut 盘扣 (pánkòu). Pakaian ini ketat dan fungsional, disesuaikan dengan kebutuhan suku-suku di utara yang terlibat dalam pertempuran dan berkuda.
Bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin, memahami sejarah ini memberikan wawasan lebih dalam mengenai bagaimana kekuasaan, identitas, dan budaya saling terkait dalam masyarakat Tiongkok kuno. Gaya rambut 呈現Q字形 yang mencolok dan kebijakan 剃髮易服 menunjukkan bagaimana penampilan dapat dijadikan alat politik untuk memperkuat kekuasaan serta menandai perubahan sosial yang mendalam.
Lagu Bernadya mungkin terdengar "easy listening", tetapi bisa memicu refleksi tentang bagaimana simbol seperti rambut dapat memiliki makna besar dalam sejarah. Sementara Tiongkok modern tidak lagi mengadopsi gaya rambut Manchu, memori kolektif tentang Q字形 ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya mereka.