Forever Young Sudah Ada Sejak Zaman Dinasti Tiongkok
![](https://statik.unesa.ac.id/mandarin/thumbnail/14ff66f0-865f-4695-840a-1492eebff2e9.jpg)
Forever young I want to be forever young atau lengkapnya So many dreams swinging out of the blue, We'll let 'em come true, Forever young, I want to be forever young, adalah lagu "Forever Young" dari Alphaville yang belakangan ini menggaung di kalangan pemuda Indonesia. Liriknya, menggambarkan semangat tanpa batas yang tak lekang oleh waktu. Lagu yang dirilis pada 1984 ini seolah menemukan relevansi baru di platform TikTok, di mana para pengguna menunjukkan bahwa semangat muda dapat terus hidup, meskipun waktu terus berjalan. Semangat muda, yang sarat dengan antusiasme, eksplorasi, dan keinginan untuk terus belajar, menjadi simbol kekuatan dan inspirasi bagi banyak orang.
Namun, jika kita telisik lebih dalam, konsep "muda" atau bisa ditafsirkan menjadi "keabadian" ternyata tidak hanya hadir dalam lagu, tetapi juga dalam sejarah dan budaya. Hal ini mengingatkan pada kisah legendaris dari Kaisar Qin Shi Huang (秦始皇), pemimpin pertama yang menyatukan Tiongkok pada tahun 221 SM. Qin Shi Huang sangat terobsesi dengan ide hidup abadi, sebuah obsesi yang turut mengantarkan kita pada pencarian akan keabadian di sepanjang sejarah.
Pencarian Keabadian oleh Qin Shi Huang
Qin Shi Huang dikenal sebagai sosok ambisius yang tidak hanya bertekad menyatukan wilayah-wilayah Tiongkok di bawah kekuasaannya, tetapi juga ingin "menaklukkan kematian". Keinginan ini membawanya pada pencarian obat hidup abadi (长生不老药) yang dianggap dapat memberinya kekuasaan abadi. Obsesi ini begitu besar hingga ia mengerahkan para ahli tabib, alkemis, dan pengikut Taoisme yang diyakini memiliki pengetahuan mengenai cara mencapai keabadian. Kaisar bahkan terlibat dalam praktik pengobatan kimia dengan meminum merkuri (air raksa), yang pada saat itu dianggap memiliki sifat magis dan dapat memperpanjang usia.
Namun, ambisinya tidak terbatas pada Tiongkok daratan. Qin Shi Huang juga mengirimkan ekspedisi besar untuk mencari Pulau Penglai (蓬莱仙岛), yang dalam mitologi Tiongkok diyakini sebagai tempat tinggal para dewa yang memiliki ramuan hidup abadi. Eksplorasi ini menunjukkan betapa Kaisar tidak segan untuk menjelajahi dunia luar demi mengejar mimpinya hidup selamanya.
Ironi di Balik Pencarian
Sayangnya, seperti yang kita ketahui dari sejarah, pencarian Kaisar Qin Shi Huang tidak membuahkan hasil. Malahan, konsumsi merkuri yang diyakini sebagai bagian dari upayanya untuk mencapai keabadian justru mempercepat kematiannya pada tahun 210 SM, dalam perjalanan sebelum ia sempat menyaksikan warisannya runtuh. Dinasti Qin hanya bertahan beberapa tahun setelah kematiannya.
Ironi terbesar dalam kisah Qin Shi Huang adalah bahwa meskipun ia gagal menemukan cara untuk hidup abadi, ia berhasil mengabadikan namanya dalam sejarah dengan berbagai proyek besar seperti pembangunan Tembok Besar Tiongkok (长城) dan makam besarnya yang dijaga oleh ribuan prajurit Terracotta (兵马俑). Sampai hari ini, proyek-proyek tersebut tetap menjadi simbol warisan budaya dan sejarah Tiongkok yang luar biasa.
Refleksi Terhadap Konsep Keabadian
Kisah Qin Shi Huang mengingatkan kita bahwa meskipun manusia selalu bermimpi tentang hidup selamanya, esensi dari keabadian bukan hanya tentang kehidupan fisik yang tak pernah berakhir. Seperti semangat lagu Forever Young, keabadian bisa dimaknai sebagai cara kita menjaga semangat, warisan, dan kontribusi yang kita tinggalkan untuk dunia. Qin Shi Huang mungkin tidak berhasil mencapai kehidupan abadi secara fisik, namun proyek-proyek monumental yang ia tinggalkan membuktikan bahwa manusia dapat mencapai "keabadian" melalui karya dan dedikasi mereka.
Lagu Forever Young mengajak kita untuk selalu merangkul semangat muda, sementara kisah Qin Shi Huang mengajarkan bahwa keinginan untuk hidup selamanya dapat dimaknai dengan berbagai cara. Pada akhirnya, keabadian tidak selalu tentang usia, tetapi tentang dampak yang kita buat dan warisan yang kita tinggalkan. Sama seperti lagu tersebut yang terus hidup di hati generasi muda saat ini, warisan Qin Shi Huang tetap hidup dalam sejarah panjang Tiongkok.
Dengan semangat muda dan rasa ingin tahu yang tanpa batas, mari kita terus menciptakan "keabadian" kita sendiri—melalui eksplorasi, kontribusi, dan karya yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.
#unesa #satulangkahdidepan
Gambar oleh Jill Wellington dari Pixabay