Bahasa Mandarin antara Teoritis VS Praktik Lapangan
![](https://statik.unesa.ac.id/mandarin/thumbnail/75def6a2-11f7-46b7-9c62-67316a459902.jpg)
Masalah yang sering dihadapi pengajar bahasa Mandarin adalah gap antara teori yang dipelajari di kelas dan realitas di lapangan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan model Case Based Learning (CBL), yang bisa memberikan solusi praktis berdasarkan teori untuk kasus nyata.
Usaha itu telah dilakukan oleh dosen Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin FBS Unesa Tiffany Qorie, S.S., M.TCSOL. Laoshi, melalui penelitiannya yang bisa diunduh di sini
Dalam konteks kelas Bahasa Mandarin untuk Anak-Anak pada mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin Unesa, model CBL bisa jadi sangat berguna. Penelitian ini bertujuan untuk menggali bagaimana persepsi peserta didik terhadap penggunaan model CBL dalam kelas Bahasa Mandarin untuk anak-anak.
Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan bobot yang sama untuk kedua metode. Data dikumpulkan melalui kuisioner dengan skala Likert, wawancara, dan observasi bebas. Hasilnya menunjukkan bahwa model CBL efektif dalam mengembangkan keterampilan seperti mengorganisasi topik, membuat keputusan, dan mengidentifikasi masalah.
Namun, peserta didik merasa bahwa mereka masih perlu meningkatkan keterbukaan untuk menerima opini dari orang lain. Mereka juga setuju bahwa CBL bisa meningkatkan partisipasi aktif di kelas. Jadi, jelas bahwa model CBL tidak hanya membantu dalam teori, tetapi juga dalam praktek mengajar yang lebih efektif.
Gambar oleh Oleg Gamulinskii dari Pixabay